MENULIS UNTUK KEABADIAN

Oleh M. Khoirudin

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramoedya Ananta Toer). Menulis menjadi salah satu wadah untuk mengekspresikan diri, tidak hanya itu menyalurkan ide, gagasan, bahkan wawasan terbaru pun bisa terlaksana.

Seperti   kata   Pram,   bahwa   keabadian   berawal   dari menulis. Tulisan tidak akan pernah sirna sampai kapanpun, meskipun penulis akan meninggal dunia tetapi tidak dengan tulisannya. Menulis menjadi pekerjaan mulia, baik, bahkan akan dikenang jika menyisakan tulisan-tulisan untuk khalayak ramai. Siapapun penulisnya dan apapun tulisannya, selamat Anda sudah menyumbangkan karya untuk dititipkan kepada dunia.

Benjamin Franklin pernah berpesan, “Jika tak ingin dilupakan  setelah  meninggal  dunia,  lakukanlah  apa  yang patut ditulis atau tulislah sesuatu yang patut dibaca. Sayyid Quthb menulis, “Sebuah peluru hanya bisa menembus satu kepala, sedangkan sebuah buku dapat menembus ribuan, bahkan jutaan kepala.”

Seperti halnya setiap gram emas berharga, begitu pula setiap jam waktu kita. Setiap orang selalu punya waktu untuk melakukan apa yang disukainya. Semua orang tahu jalan menuju  sukses,  tetapi  tidak  setiap  orang  menempuhnya. Siapa yang mampu tetapi  tak mau,  ia telah  merendahkan Tuhan. “Hidup ini seperti orang naik sepeda. Supaya terjaga keseimbangannya, Anda harus berjalan,”    kata   Albert Einstein.

Menurut  William  Wordsworth,  bagian  terbaik  dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan baik dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain. “Jangan pernah berhenti meyakini bahwa hidup ini akan menjadi lebih baik, bagi kehidupan Anda sendiri maupun bagi kehidupan orang lain,” tulis Andre Gide.

Hidup sekali, hidup yang berarti. Kebahagiaan itu dalam berbagi. Orang hebat ialah siapa saja yang mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik dan lebih berfaedah bagi sesama. Kazuo  Inamori  menulis,  kemampuan  kita  untuk  meraih sukses dalam perjalanan hidup yang   panjang ini tidak tergantung hanya pada inteligensia. “Kebanggaan terbesar seorang guru ialah jika muridnya mengungguli dirinya,” kata Friedrich Nietszche. Jadilah guru atau murid kapan saja dan di mana pun engkau berada. Guru yang bijaksana menghargai dan mendoakan muridnya.

Semua  profesi  perlu  guru.  Satu  teladan  lebih berpengaruh  daripada  sepuluh  nasihat. Bilamana engkau berjumpa dengan orang hebat dan mengagumkan, ketahuilah bahwa ia telah melakukan apa yang belum engkau lakukan.

Membaca mendahului menulis. Menurut Buya Hamka, penulis harus lebih banyak membaca daripada menulis. Membaca itu menjawab keingintahuan, meluaskan cakrawala, mengembangkan pikiran, merangsang kreativitas, dan mencapai perubahan, serta menguatkan kepribadian.

Segala pesan bisa disampaikan dengan tulisan. Menulis itu menyeleksi dan menyerap informasi, merangkum dan memetakan pokok bahasan, meningkatkan penyimpanan informasi, memudahkan penggalian informasi, memfokuskan perhatian, serta memahami lebih baik.

Untuk menulis kita hanya butuh kemauan dan kesungguhan.  Kemauan  meningkatkan  kemampuan.  Bakat tak lain adalah kesabaran dan ketekunan yang lama. Tulislah ilmu walau satu buku selama hayatmu. Menulislah laksana Allah berfirman dan Nabi Muhammad bersabda.

Menulis adalah perjuangan menuju keabadian. Menulis meninggalkan warisan untuk dunia. Menulis adalah menebar pengetahuan dan mendialogkan kebenaran. Menulis untuk mengikat makna, menghimpun, dan menyebar gagasan. Menulis buku tanda syukur dan terima kasih kepada guru. Penulis  mengasah  kalbu  sepanjang  waktu.  Penulis  tahu betapa  banyak  kehidupan  berubah  karena  buku.  Penulis menciptakan haus pengetahuan.

Penulis   membantu   pembaca   menemukan   rencana Tuhan  untuk  maju.  Buku  adalah  guru  dan  sumber ilmu. Buku adalah kepanjangan tangan guru. Buku yang bervisi tak akan pernah mati. Buku adalah teman setia di setiap ruang dan waktu. Buku adalah  jendela dunia, barometer zaman, dan penggerak perubahan.

Terimakasih Pak M. Miftahuddin (Rektor UNU Lampung)   yang   telah   mengawali   menulis   dengan   tema “Meraih Sukses  dalam  Hidup”.  Setiap  orang  tentu  ingin hidup  bahagia  dengan  terpenuhinya  kebutuhan  hidupnya secara baik dan berkualitas.

Sumber gambar : artikula.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *