
Oleh Sulis Anjarwati
Kesehatan kardiovaskular merupakan aspek penting dari kesejahteraan manusia. Penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner dan hipertensi, adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia. Faktor lingkungan kerja, seperti tekanan kerja yang tinggi, paparan terhadap bahan kimia, dan postur tubuh yang buruk, dapat berdampak signifikan pada kesehatan kardiovaskular. Artikel ini membahas temuan biologis terkini mengenai bagaimana lingkungan kerja mempengaruhi kesehatan kardiovaskular dan strategi mitigasi yang dapat diambil untuk mengurangi risiko.
Teori dan Konsep Kesehatan Kardiovaskular dalam Lingkungan Kerja
Teori stres dan respons fisiologis menjadi dasar untuk memahami bagaimana lingkungan kerja dapat memengaruhi kesehatan kardiovaskular. Model Demand- Control yang dikemukakan oleh Karasek dan Theorell (1990) adalah salah satu model yang sering digunakan dalam penelitian ini. Model ini mengemukakan bahwa pekerjaan dengan tuntutan tinggi dan kontrol rendah dapat menyebabkan stres yang berlebihan, yang pada gilirannya meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Secara biologis, stres yang berkepanjangan dapat memicu pelepasan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin, yang berakibat pada peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, serta menyebabkan kerusakan pada dinding arteri. Jika dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini dapat menyebabkan aterosklerosis dan akhirnya penyakit jantung koroner.
Temuan Biologis Terkini
Penelitian terbaru menunjukkan berbagai cara bagaimana lingkungan kerja mempengaruhi kesehatan kardiovaskular:
1. Stres Kerja: Stres yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang tidak kondusif, seperti tekanan deadline, konflik antar rekan kerja, dan ketidakamanan pekerjaan, berkontribusi pada peningkatan risiko hipertensi dan penyakit jantung. Sebuah studi oleh Kivimäki et al. (2018) menunjukkan bahwa pekerja dengan tingkat stres yang tinggi memiliki risiko
1,5 kali lebih besar untuk mengalami
penyakit jantung koroner dibandingkan mereka yang bekerja dalam lingkungan yang lebih santai.
2. Paparan Bahan Kimia: Pekerjaan di lingkungan industri sering kali melibatkan paparan bahan kimia berbahaya seperti karbon monoksida, asap rokok pasif, dan logam berat yang dapat merusak endotelium vaskular. Penelitian oleh Laumbach dan Kipen (2020) menunjukkan bahwa paparan kronis terhadap polutan udara di tempat kerja dapat mempercepat proses aterosklerosis, yang meningkatkan risiko serangan jantung.
3. Kebisingan di Tempat Kerja: Kebisingan yang berlebihan di lingkungan kerja telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Menurut Babisch (2014), paparan kebisingan yang tinggi dapat menyebabkan aktivasi sistem saraf simpatis yang berkepanjangan, meningkatkan tekanan darah, dan risiko penyakit jantung.
4. Aktivitas Fisik dan Postur Kerja: Pekerjaan yang melibatkan duduk dalam waktu lama tanpa aktivitas fisik yang memadai dapat meningkatkan risiko obesitas, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular. Stamatakis et al. (2019) menemukan bahwa pekerja yang duduk selama lebih dari 6 jam per hari memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit jantung dibandingkan mereka yang lebih aktif secara fisik.
Strategi Mitigasi
Untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular terkait lingkungan kerja, beberapa strategi dapat diimplementasikan:
1. Pengelolaan Stres: Tempat kerja perlu mengembangkan program manajemen stres yang mencakup pelatihan mindfulness, konseling psikologis, dan penyesuaian beban kerja.
2. Pengurangan Paparan Bahan Kimia: Penggunaan alat pelindung diri dan perbaikan sistem ventilasi dapat membantu mengurangi paparan bahan kimia berbahaya.
3. Pengendalian Kebisingan: Implementasi pengendalian kebisingan di tempat kerja, seperti penggunaan alat peredam suara dan desain ruangan yang lebih baik, dapat mengurangi risiko terkait kebisingan.
4. Peningkatan Aktivitas Fisik: Mendorong karyawan untuk bergerak lebih banyak dengan menyediakan fasilitas olahraga atau mengadakan program kesehatan di tempat kerja.
Kesimpulan
Lingkungan kerja memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan kardiovaskular melalui berbagai mekanisme biologis, termasuk stres, paparan bahan kimia, kebisingan, dan kurangnya aktivitas fisik. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor ini, intervensi yang efektif dapat diimplementasikan untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular di tempat kerja. Melalui upaya kolektif antara individu, perusahaan, dan pembuat kebijakan, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan mendukung kesehatan jantung yang optimal.
Daftar Pustaka
1. Babisch, W. (2014). Updated exposure- response relationship between road traffic noise and coronary heart diseases: A meta- analysis. Noise and Health, 16(68), 1-9.
2. Kivimäki, M., Nyberg, S. T., Batty, G. D., Fransson, E. I., Heikkilä, K., Alfredsson, L., & Steptoe, A. (2018). Job strain as a risk factor for coronary heart disease: A collaborative meta-analysis of individual participant data. The Lancet, 380(9852),
1491-1497.
3. Laumbach, R. J., & Kipen, H. M. (2020).
Respiratory health effects of air pollution: Update on biomass smoke and traffic pollution. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 121(3), 685-694.
4. Stamatakis, E., Gale, J., Bauman, A., Ekelund, U., Hamer, M., Ding, D., & Wijndaele, K. (2019). Sitting time, physical activity, and risk of mortality in adults. Journal of the American College of Cardiology, 73(16), 2062-2072.
Sumber Gambar: health.kompas.com