
Oleh Willy AR
Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi kecerdasan buatan (AI) telah merambah berbagai sektor, termasuk pendidikan. Meskipun AI menawarkan berbagai manfaat, seperti pembelajaran yang dipersonalisasi dan otomatisasi tugas administratif, ada beberapa bahaya yang perlu diperhatikan.
Penggunaan AI yang berlebihan dapat membuat siswa dan guru terlalu bergantung pada teknologi, mengurangi kemampuan berpikir kritis dan kreativitas. AI sering memerlukan data pribadi untuk berfungsi dengan baik. Ini menimbulkan risiko privasi dan keamanan data siswa yang sensitif. Disamping itu, tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi.
Hal ini dapat memperburuk kesenjangan pendidikan antara siswa yang memiliki akses ke AI dan yang tidak. Interaksi manusia dalam proses belajar mengajar sangat penting. Penggunaan AI yang berlebihan dapat mengurangi interaksi ini, membuat pendidikan terasa lebih mekanis dan kurang personal.
Meskipun ada bahaya yang nyata, kita tidak dapat menghindari masuknya teknologi AI dalam sektor pendidikan. Teknologi ini terus berkembang dan menawarkan solusi yang efisien untuk berbagai tantangan pendidikan. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara memanfaatkan manfaat AI dan mengelola risikonya.
Teknologi AI dalam pendidikan adalah fenomena “benci tapi rindu”. Di satu sisi, kita khawatir tentang dampak negatifnya, tetapi di sisi lain, kita tidak bisa mengabaikan manfaat yang ditawarkannya. Dengan pendekatan yang bijaksana dan pengawasan yang tepat, kita dapat memanfaatkan AI untuk meningkatkan kualitas pendidikan tanpa mengorbankan nilai-nilai dasar pendidikan itu sendiri.